Burung
pelatuk yang termasuk dalam suku ordo piciformes ini mampu membenturkan
kepalanya 20 kali per detik dan kelebihan dari burung ini adalah tidak
merasa pusing saat membenturkan kepalanya tersebut. mengapa karena
kepala burung pelatuk memiliki empat struktur di kepalanya yang membuat
burung ini mampu meredam guncangan. peredam ini bahkan lebih kuat
daripada manusia. kalau manusia mengalami gaya-G sebesar 80 - 100 bisa
menyebabkan gegar otak maka burung pelatuk tidak akan mengalami hal
tersebut walaupun ia membenturkan kepala dan paruhnya pada pohon, sebab
kelebihan burung ini adalah mampu menahan gaya-G hingga 1.200.
keempat
struktur tersebut adalah paruhnya yang lentur dan kuat, kedua Hioid
atau struktur tulang dan jaringan elastis yang melapisi tulang
tengkoraknya, ketiga area bertulang rawan dalam tengkorak dan celah
antara tengkoraknya serta otak yang berisi cairan serebrospinal.
kekuatan
ototnya juga yang padat pada leher burung pelatuk ini mampu memberikan
gerakan mematuk berkali kali bahkan hingga mencapai 22kali per detiknya.
dan otot ini juga berfungsi sebagai pelindunga otaknya.
Jika
pada burung biasa pada waktu membenturkan kepala sebanyak 22kali
perdetiknya maka otot akan mengalami konstraksi dan hal ini berdampak
pada retina burung yang bisa pecah atau bahkan bisa membuat matanya
keluar.
dengan
dilengkapi kelebihan tersebut burung pelatuk mampu mematuk sebanyak
12.000 kali tiap harinya selama musim kawin, dan burung ini hanya
mematuk dengan arah patukan lurus pada batang pohon serta sering
bergerak dari satu sisi ke sisi lainnya untuk mencegah trauma di
kepalanya.
Beberapa
burung pelatuk dalam ordo Piciformes memiliki kaki zigodaktil, dengan 2
jari kaki mengarah ke depan, dan 2 lainnya ke belakang. Kaki-kaki itu,
meski beradaptasi untuk berpegangan di permukaan vertikal, bisa
digunakan untuk menggenggam atau bertengger. Beberapa spesies hanya
memiliki 3 jari kaki. Lidah panjang yang ditemukan pada beberapa burung
pelatuk dapat dijulurkan keluar untuk menangkap serangga.
Burung
pelatuk mendapatkan namanya dari kebiasaan beberapa spesiesnya menyadap
dan mematuk batang pohon dengan paruhnya. Ini adalah alat komunikasi
kepemilikan daerah melalui sinyal kepada saingan-saingannya, dan cara
mencari dan menemukan larva serangga di bawah kulit kayu atau terowongan
berliku nan panjang di pohon.
Mula-mula,
burung pelatuk mencari terowongan dengan menyadap batang. Begitu
terowongan itu ditemukan, burung pelatuk memahat kayu sampai menciptakan
pembukaan ke terowongan. Lalu menjulurkan lidahnya ke terowongan untuk
mencoba mencari tempayak. Lidah burung pelatuk panjang dan berujung
kait. Dengan lidahnya burung pelatuk menusuk tempayak dan menariknya
keluar batang.
Burung
pelatuk juga menggunakan paruhnya untuk membuat lubang yang lebih besar
sebagai sarangnya sekitar 15-45 cm (6-18 inchi) di bawah permukaan yang
dibuka. Sarang-sarang itu hanya dilapisi dengan keping-keping kayu dan
menyimpan 2-8 telur putih yang dikeluarkan betinanya. Karena di luar
jangkauan penglihatan, sarang ini tidak terlihat pemangsa dan telurnya
tidak perlu dikamuflase. Rongga yang dibuat oleh burung pelatuk juga
digunakan kembali sebagai sarang oleh burung-burung lain, seperti
beberapa bebek dan burung hantu, dan mamalia, seperti tupai pohon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar